Pengalaman Operasi Gigi Bungsu

Kebayang gak sih, suatu hari kamu harus menjalani operasi lagi? Di blog ini, aku juga cerita tentang pengalaman operasi kista ovarium di tahun 2016. Dan di tahun 2021, aku disuruh operasi lagi–operasi gigi. Duh, kenapa sih?

Semua bermula ketika aku ke dokter gigi karena gigiku sakit, di Klinik Korpagama UGM (2018-2021 aku tinggal di Jogja). Klinik ini jadi faskes 1 aku sebagai pasien bpjs yang selalu rajin membayar iuran meski jarang sakit :)) Nah, waktu itu dokter bilang kalau gigi aku ada yang patah dan bolong (gara-gara cireng sialan) dan harus menjalani perawatan akar, oh, okay, pikirku. Tapi untuk meyakinkan lagi, aku diminta untuk melakukan foto rontgen terlebih dahulu.

Setelah bertanya-tanya apakah memungkinkan untuk foto rontgen dengan bpjs, ternyata bisa guiss. Dibantu petugas administrasi dari Klinik Korpagama, aku membawa semacam surat pengantar untuk dibawa ke Parahita. Seingatku ga bayar sih.

Seminggu kemudian aku kembali ke Klinik Korpagama membawa hasil rontgenku, kemudian hal yang biasa saja terlontar dari mulut sang dokter gigi, “Mbak, ini gigi bungsunya gak bisa numbuh. Jadi harus dilakukan bedah mulut, ya”

Gigi aink guiiiss :(((
ini hasil rontgen di Hermina ya guis sesaat sebelum operasi, soalnya mereka ga terima kalo hasil rontgen dari luar :))

Bagaikan tersambar petir di siang hari (aelah lebay), aku menjawab “a-apakah tidak ada jalan lain, Dok?” wkwkwk tentu saja tidak. Aku menjawab, “Oh, gitu ya Dok.”. Dokter melanjutkan, “Gigi kamu yang bolong di depannya juga bisa dicabut sih, tapi sayang banget masih bisa dipertahanin nih”.

Wah, kalo udah nyakitin mah sori aja deh buat pertahanin lagi. Mending udahan aja sekalian biar gak nanggung-nanggung. “Yaudah, Dok. Dua-duanya aja dicabut”, jawabku. Tanpa ekspresi, dia menuliskan surat rujukan untuk aku melakukan operasi. Aku minta rekomendasi rumah sakit ramah BPJS yang ‘tidak terlalu ramai’, akhirnya jatuhlah pilihanku pada Rumah Sakit Hermina Yogyakarta.

RS Hermina Yogyakarta, bagus kaan.
Gambar dari Avitaliahealth.com

Yaa biasa laah, setelah itu pasti ketemu dokter bedah mulutnya (iya, bedah mulut hhh) dulu, ceritain kronologinya, kasih liat hasil rontgennya, rontgen lagi… kira-kira 3 minggu lah, hadeh. Akhirnya janjian sama dokter untuk tanggal operasinya dan aku pilih tanggal terdekat which is minggu depan.

Jujurly, aku ga banyak persiapan juga buat operasi karena yaaa aku mau expect apaa? Jadi aku ambil cuti aja buat operasi selama 3 hari, bawa baju, sama selimut soalnya selimut RSnya tipis guis gakuat dingin hweee 😦

Sudah bodoamat aku guisss. Masuk RS pagi, siangnya operasi. Mantaaap.

Hari itu di bulan Mei, matahari lagi cerah-cerahnya. Tapi tak secerah senyumanku yang berusaha menahan kecemasan. Aku operasi sendirian, enggan mengajak teman (siapa yang mau operasi bareng?) dan orangtuaku berada di Jakarta. Tak perlu khawatir, i’ve been through it before wkwkwk.

Sebelum operasi, tentu saja menjalani beberapa prosedur yang perlu dilalui seperti tes alergi (?), ambil darah, tes apalagi gainget pokoknya aku masuk kamar (akhirnyaaa) jam 10an.

tes alergi
Kamar aku di RS Hermina. Masih dalam rangka mencegah penularan COVID-19 jadi sendirian hehehe.

Sekitar jam setengah 12an, aku dipindah ke bed yang ada rodanya terus didorong ke ruang operasi :))) diminta untuk ganti baju operasi juga (padahal kan cuma operasi gigi!) tapi sudah prosedurnya gitu ya guiss nurut aja deh :))

Seneng bat w kayaknya..

Setelah masuk ruang operasi (dingin ya guisss), diriku dites ini itu, terus biusnya disuntikin ke dalam infus dan…

Bangun-bangun ada di kamar. Haus. Mulut isinya liur semua. Liurnya darah. Ih, jijik pokoknya. Setelah buang liur tadi, kumur bersih. Aku yang masih keliyengan dibawain eskrim oleh suster. Lupa disuruh kentut dulu apa nggak ya? Pokoknya aku makan eskrim dengan susah payah karena demi Allah nganga aja susaaaaaaah T_T

H+1 setelah operasi, masih bengkak pipinya.

Di rumah sakit, aku cuma menginap semalam dan keesokan paginya pulang. Dan tahukah kamu apa yang paling menderita? Yaaa, betul. Sakiit banget kalo mangap atau buka mulut. Boro-boro buat makan 😦 minum aja mesti pake sedotan 😦

Kira-kira aku susah makan selama seminggu, perut laper terus, makannya cuma bisa bubur yang lumat, bahkan ga pake ayam karena beneran ngga bisa buka mulut lebar2 buat nyendokin makanan 😦 tapi penderitaan ini akhirnya selesai di minggu kedua, saatnya kontrol lagi ke dokter dan dinyatakan baik-baik saja yeaayyy. Pelan-pelan pun sudah bisa makan yang bener. Senangnya!

Sekian pengalaman aku saat operasi gigi bungsu menggunakan BPJS di Jogja 🙂 Untuk teman-teman yang ingin operasi gigi bungsu, tidak perlu takut ya, karena mau gak mau tetap harus dilakukan :))

Kalau mau tanya-tanya atau sharing-sharing, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini 🙂

Cheers!
Ivy C.

Leave a comment